DIBERI
KARAMAH KARENA
TAKUT
KEPADA ALLAH
Syahdan pada zaman dahulu hiduplah
seorang ahli ibadah diantara bani Israil. Setiap malam dia beribadah kepada
Allah SWT dan siang harinya dia berkeliling menjajakan dagangan. Dia selalu
berkata pada dirinya, “Wahai diriku, nafsuku, takutlah kepada Allah.”
Seperti biasa setiap hari dia slalu
menjajakan daganganya. Suatu ketika dia melintasi rumah salah seorang pejabat dari
keluarga raja (amir), dia berteriak menjajakan daganganya didepan pintu rumah
sang pejabat. Dari balik pintu nyonya rumah memandang keluar dan melihat seorang
pedagang yang ganteng. Srrr… angin mendesir dihatinya. Dia terkesima melihat
kegantengan si pedangang. Dalam hidupnya tak pernah melihat lelaki seganteng
itu. Nafsu birahinya pun langsung memuncak karenanya.
Dia memanggil si pedagang dan
menyuruhnya masuk ke dalam rumahnya. Istri amir berkata “pedagang, aku cinta
padamu. Aku punya harta yang banyak dan baju sutra. Tinggalkan daganganmu yang
sedikit ini, lepaskan bajumu dan kenakan baju sutra ini ambilah harta yang
banyak”.
Nafsu laki-laki itu sebenarnya ingin
megikuti nyonya rumah. Ya, siapa yang tidak tertarik diiming-imingi harta seperti
itu apalagi dia bukan termasuk keluarga yang kaya dan hanya seorang pedagang
biasa. Namun dia berkata dalam dirinya, “wahai nafsuku, takutlah kepada Allah, kemudian
dari mulutnya muluncur kata-kata kepada si perempuan, “aku takut pada Allah
Tuhan sekalian alam”
Perempuan itu berkata, “Demi Allah,
aku tidak akan membuka pintu rumahku sampai kamu menyerahkan dirimu padaku”
Lelaki itu kemudian berkata dalam
dirinya “Wahai nafsuku takutlah kepada Allah” ia lalu berpikir keras bagaimana
ia menyelamatkan dirinya dari godaan perempuan dihadapanya. Dia pun menemukan
gagasan, kemudian si pedagang berkata
pada permpuan itu “wahai istri amir, beri aku waktu sampai aku berwudhu dan
shalat dua rakaat”
Perempuan itu mengiyakan. Si pedagang
berwudhu dan naik ke atas loteng, persisnya keatas wuwungan. Dia tempat yang
tinggi ini dia melaksankan sahalat dua rakaa. Setelah selesai shalst dia
melihat kebawah. Oh… betapa jauhnya bumi betapa tingginya wuwungan ini.
Tingginya sekitar 20 hasta atau 10 meter. Sambil menghadapkan wajahnya
kelangit dan menangis, dia bermunajat
kepada Allah, “Ya Allah, aku telah beribadah kepadamu tujuh puluh tahun.
Selamatkan aku dari keburukan Perempuan ini. Kjalau tidak, aku datang padaMu
bersamanya” kemudian dia berkata pada dirinya “wahai nafsuku takutlah pada
Allah, takutlah pada Allah” sesaat kemudai dia mlompat dan melemparkan tubuhnya
kebawah. Sungguh luar biasa… dia selamat! Dia melayang seperti kapas dan turun
kebumi dalam posisi duduk seperti burung. Kiranya Allah telah mengirimkan
malaikat untuk menyelamatkanya.
Meski daganganya tak dapat dibawanya
pulang karena tertinggal dirumah amir, dia bisa pulang dengan hati bahagia
karena terbebas dari bujuk rayu sang istri amir. Setelah sampai dirumah ia
merasa lapar sekali. Berhari-hari ia hidup dalam keadaan lapar karena tak ada
makanan. Dia menangis sedih.
Di tengah kebingungan dan kesedihanya
datang seorang lelaki hendak berhutang rotiadanya kemudia si ahli ibadah
berkata pada orang tadi “Aku tidak punya apa-apa selama berhari-hari aku tidak
punya roti, kalau kamu tidak percaya lihat sendiri di anglo”.
Si tamu melongok ke anglo. Ternyata disitu
ada roti yang siap untuk dimakan, akhirnya
mereka pun makan bersama-sama. Istri si ahli Ibadah mereasa takjub. “Ini
adalah sebuah karamah (penghormatan dari Allah). Ini pasti karena kamu bukan
karena aku. Coba kamu ceritakan apa yang terjadi?” kata si istri ahli ibadah
Sang pedagang kemudain menceritakan
semua yang dialami bersama istri amir. Mendengar kisahnya wanita ini bersyukur
kepada Allah. Sungguh Maha Benar Allah dengan firmanNya “Barang siapa bertaqwa
kepada Allah, maka Dia akan memberikan jalan keluar padanya dan mengarunianinya
rezeki dari tempat yang tidak disangka-sangka” (Ath Thalaq 2-3). (Cahaya
Nabawiy)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar