CARA
SYEKH ABU HAFSIN
MENYAMBUT TAMU
MENYAMBUT TAMU
Foto (http://static.inilah.com/data/berita/foto/2293095.jpg)
Selama empat bulan Syekh Abu Hafsin menjadi tamu Syekh Syibli (juga seorang ulama dan tokoh sufi besar dan terkenal). Setiap hari Syekh Syibili menyajikan berbagai macam santapan dan berbagai makanan ringan yang jelas terlihat diluar kebiasaanya.
Selama empat bulan Syekh Abu Hafsin menjadi tamu Syekh Syibli (juga seorang ulama dan tokoh sufi besar dan terkenal). Setiap hari Syekh Syibili menyajikan berbagai macam santapan dan berbagai makanan ringan yang jelas terlihat diluar kebiasaanya.
Ketika
pamit untuk kembali Abu Hafsin berkata, “Jika engkau datang kerumah Nishapur
(tempat tinggal Abu Hafsin), akan kuajarkan padamu cara menjamu tamu dan
kemurahan hati yang sejati”
Mendengar kata-kata Abu Hafsin ini,
Syekh Syibli tampak tak mengerti “apakah kesalahan yang telah aku lakukan?”
Abu Hafsin menjawab “engkau terlalu
merepotkan dirimu. Jamuan yang berlebihan tidaklah sama dengan kemurahan hati.
Engkau harus melayani tamu seperti engkau melayani dirimu sendiri. Dengan demikian
kedatangan tamu tidak merupakan beban bagimu dan kepergianya tidak menjadi alasan
bagimu untuk merasa terbebas dari beban. Seseorang yang menyambut tamu dengan
cara ssperti ini tak dapat dikatakan bersifat pemurah”
Pada suatu saat, Syibli berkunjung ke
Nashapur. Tentu saja ia berkunjung kerumah Syekh Abu Hafsin dan menginap
disana. Rombongan Syibli berjumlah 40 orang. Sewaktu malam tiba Abu Hafsin
mnyalakan 41 buah lampu pelita. Melihat kejanggalan yang dilakukan Abu Hafsin,
Syibli berkata “bukanlah engkau sendiri yang mengataklan kita jangan berlebihan
dalam menyambut tamu?”
Abu Hafsin Menjawab “jika demikian
padamkan saja lampu-lampu itu”
Agar tak terkesan terlalu dihormati
sebagai tamu, Syibli pun menuruti perintah Abu Hafsin untuk memadamkan
lampu-lampu banyak itu. Namun walau bagaimana pun Syibli berusaha, hanya satu
lampu yang dapat dipadamkanya.
Syibli benar-benar tak habis pikir
,”Syekh, apa arti semua ini?” tanyanya tak mengerti.
Abu Hafsin menjelaskan “kalian adalah
40 amanat Allah, sebab tamu adalah amanat Allah. Jadi wajar jika karena Allah
aku menyalakan sebuah pelita untuk masing-masing diantara kalian dan sebuah
untuk diriku sendiri. Keempat puluh buah pelita yang aku nyalakan karena Allah
itu tak sanggup engkau padamkan. Sementara satu pelita yang aku nyalakan karena
diriku sendiri dengan mudah dapat engkau padamkan. Ini berbeda dengan engkau
lakukan dahulu, sebab engkau melayani semata-mata karena diriku, sementara yang
ku lakukan disini adalah karena Allah. Jadi, yang kau lakukan dahulu itu hal
yang berlebihan, tetapi yang kulakukan ini bukan” Wallahu A’lam……… (Bukan Sekedar Cerita)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar